MANCHESTER, KOMPAS.com – Bisnis ritel Inggris kembali menjadi sorotan. Tekanan terus datang silih berganti menerjang peritel kelas atas Negeri Big Ben tersebut. Agen Bandar Q
Kabar terbaru datang dari peritel pakaian Topman dan Topshop. Melansir The Mirror, pihak manajemen bersiap memberhentikan ratusan manajernya pada seluruh toko di Inggris.
Sumber The Mirror mengatakan bahwa Arcadia, manajemen Topman dan Topshop Inggris yang dikendalikan keluarga Sir Philip Green, berencana untuk menggabungkan manajer merek pada cabang yang terdapat Topman dan Topshop sekaligus.
Lebih lanjut, bila terdapat dua toko yang jaraknya berdekatan, direncanakan hanya ada satu manajer untuk kedua cabang tersebut. Manajer yang tersisih bakal terkena PHK.
Untuk diketahui, saat ini Topman memiliki 250 toko di Inggris. Sementara itu, Topshop memiliki 300 toko di Negeri Ratu Elizabeth.
Seorang karyawan yang terkena dampak pemberhentian mengatakan, "Anda akan merasa seperti bukan siapa-siapa, tidak peduli berapa lama Anda bekerja untuk perusahaan itu,” cetusnya.
Chief Executive Arcadia Ian Grabiner mengatakan dalam sebuah pernyataan, langkah pahit tersebut perlu dilakukan untuk tetap kompetitif di pasar ritel global.
"Sebagai bagian dari tinjauan bisnis yang tengah berlangsung dan tanggapan terhadap lanskap ritel fesyen yang terus berkembang, struktur manajemen di toko kami dapat lebih dibuat efisien,” ujarnya.
"Kami amat menyadari kondisi ini menjadi momen sulit bagi mereka yang terdampak (PHK). Karena itu, kami akan memberi dukungan penuh dalam proses perubahan ini,” tuntas dia.
Dalam catatan Kompas.com, sengkarut ritel telah berulang kali terjadi di Inggris.
Sebelum kabar PHK oleh Topman dan Topshop mencuat, sejumlah toko telah diterjang kelesuan ritel.
Sebut saja, Toys R Us. Di Inggris, Toys R Us menutup 26 tokonya dan membuat ribuan karyawan terkena PHK.
Selain itu, Marks and Spencer juga mulai melakukan efisiensi dan menutup pusat distribusi di London. Domino 99