JAKARTA, KOMPAS.com - Merintis sebuah bisnis dari awal hingga menghasilkan pundi-pundi rupiah membutuhkan kerja keras, tekad, semangat dan tidak mudah putus asa. Agen Bandar Q
Ali Muharam (31), selaku pemilik usaha kuliner Makaroni Ngehe mengungkapkan bagaimana kisah-kisah pilu dirinya merintis usaha tersebut hingga seperti saat ini.
Pada tahun 2013, Ali memberanikan diri membuka usaha kuliner Makaroni Ngehe dengan bermodalkan pinjaman dari kawannya sebesar Rp 20 juta.
Dengan modal tersebut Ali menyewa dan menghias toko kecil berukuran 2x3,5 meter yang akan dijadikan outlet pertama Makaroni Ngehe di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
"Disana saya jalankan sendiri, belanja sendiri, melayani sendiri, sampai mengkonsep toko sendiri," ujar Ali saat berbincang dengan Kompas.com di kantor Makaroni Ngehe Meruya, Jakarta Barat.
Menurutnya, momen tersebut tak pernah dirinya lupakan karena merupakan bagian cerita dalam mengembangkan bisnis kulinernya.
Karena menjalankan aktivitas bisnis sendirian, Ali mulai mengalami hambatan, salah satunya disaat bahan baku habis dan harus melakukan pemesanan ke Tasikmalaya untuk makaroni.
"Kalau habis bahan baku itu repot, pertama saya telepon ke Tasik untuk pesan, kemudian barang dikirimkan via Bus menuju teminal Lebak Bulus, dan saya harus ambil kesana (Lebak Bulus), sewa angkot, angkat-angkat bahan baku sendiri, makanya outlet suka tutup," ungkap Ali.
Kemudian, hal yang menjadi kesan membangun bisnis tersebut, Ali harus tidur di outlet yang berukuran 2x3,5 meter termasuk didalamnya ada peralatan memasak seperti kompor, penggorengan, dan bahan baku masakan.
Hal ini dilakukan Ali, untuk meminimalisir biaya yang keluar sehingga dirinya memutuskan untuk tidur didalam outlet pertamanya, sebab, Ali harus mengembalikan pinjaman modal sebesar Rp 20 juta yang harus dicicil per bulan.
"Setiap habis operasional jam 22.00 WIB saya bersihkan lumuran minyak, saya pel, kemudian pakai alas kertas roti dan tumpukan selimut untuk tidur setiap harinya," cerita Ali.
Ali berujar, dari fase-fase perjuangan yang dirinya lewati dirinya belajar untuk lebih tekun dalam mengembangkan usahanya.
Segala keraguan dan pandangan sebelah mata dari orang lain terhadap usahanya pun, dia mentahkan dengan segala kegigihannya.
"Semakin saya diragukan, semakin kuat saya ingin membuktikan," tegas Ali.
Kini Makaroni Ngehe sudah merambah di berbagai kota mulai dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, hingga Yogyakarta dan mampu menghabiskan makaroni 30 ton per bulan.
"Dulu awal-awal satu outlet omzetnya Rp 30.000 per hari, kini sudah ada 30 outlet dan rata-rata Rp 3 sampai 5 juta, kalau total kurang lebih Rp 3 miliar per bulan," ungkap Ali.
Yuk Nonton & Download Movie kesayangan anda di
Ali pun bahagia telah membuka lapangan pekerjaan bagi 400 orang yang berkerja dengan dirinya, tak hanya itu, Makaroni Ngehe juga tengah membuka cabang baru yang diberi nama Makaroni Ngehe Premium dimana oultet tersebut dibuka di mal atau pusat perbelanjaan di Jakarta dan Yogyakarta.Aktivitas bisnis di salah satu outlet Makaroni Ngehe di Meruya, Jakarta Barat.
Mengapa Makaroni Ngehe?
Ali bercerita, nama Makaroni Ngehe dipilih karena berdasarkan perjalanan hidup dirinya yang dia jalani sebelum membangun bisnis kuliner tersebut sangat memprihatinkan dalam artian "ngehe" menurut Ali.
Mulai dari menggeluti pekerjaan Office Boy, pedagang makanan, pejaga toko baju, hingga mengalami kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal adalah beberapa hal yang membuat dirinya menjadi seperti saat ini.
"Kenapa Makaroni Ngehe namanya? karena fase-fase hidup saya yang ngehe banget, saya harus kelaparan, minum air keran, dimaki-maki atasan, dibodoh-bodohin depan orang banyak," kata Ali.
Namun demikian, lanjut Ali, dari sisi branding atau merek, menurutnya kata 'ngehe' memiliki arti yang kuat, simple atau mudah diingat.
"Dari kehidupan ngehe itulah saya bertekad untuk memertahankan bisnis ini, menjaga sustainability-nya," pungkas Ali. Domino 99