SATUQQ - Selagi ada musik, bisnis ini akan terus hidup. Begitulah kalimat yang disampaikan seorang Ary Budiman (30), eks pegawai salah satu BUMN besar yang kini banting setir menjual merchandise original berlisensi band dan penyanyi dari seluruh dunia.
Ary Budiman mengawali perjalanan di bisnis merchandise band original sejak lima tahun yang lalu. Pria yang gemar musik rock tersebut ketagihan menjual kaos-kaos band original setelah setahun sebelumnya menjual koleksi kaos-kaos band miliknya yang telah dia miliki selama bertahun-tahun.
"Awalnya saya dari hobi. Dari kecil karena suka musik, jadi banyak koleksi kaos-kaos band. Nah, karena udah banyak banget tuh koleksinya, sekitar 2013 awal saya mulai jualan. Kemudian keterusan, coba dijualin," katanya seperti ditulis Sabtu (1/9/2018).
Rock Nation Merchandise pun akhirnya berdiri pada awal 2013. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penjualan dan distribusi original licensed music merchandise, produk-produk yang dijual Rock Nation semuanya adalah barang resmi dan berlisensi dari Si Musisi terkait.
Ari bekerja sama dengan para pemegang lisensi produk original band-band di luar negeri seperti Metallica, Black Sabbath, the Beatles, Nirvana, Bad Religion hingga Justin Bieber. Di dalam negeri, Rock Nation banyak bekerja sama dengan band-band indie seperti the Upstairs, Sore hingga Efek Rumah Kaca. DOMINO QQ
Produk yang dijual mayoritas adalah kaos dengan harga Rp 300.000-450.000 untuk band luar negeri, dan Rp 150.000-175.000 untuk band lokal. Sedangkan jenis produk lainnya yang dijual seperti hoodie harganya berkisar Rp 900.000 ke atas.
"Negara saat ini pemegang lisensi ada dari Jerman, Inggris, US," katanya.
Pasar Rock Nation yang menyasar kalangan tertentu atau niche market membuat Ary pede menjalankan bisnis ini. Menurutnya, ceruk bisnis merchandise musik original di Indonesia masih sangat luas. Meski tantangan datang dari para penjual bajakan atau bootleg, namun loyalitas penikmat musik di Indonesia menurutnya tak perlu diragukan.
Terbukti dengan kinerja bisnis yang dijalankannya tampil sangat apik dalam lima tahun terakhir. Dengan modal awal berkisar Rp 5-10 juta yang diputarnya dari hasil menjual kaos-kaos koleksi miliknya, kini Rock Nation telah menghasilkan omzet hingga miliaran rupiah setiap tahunnya.
"Dulu itu saya ingat banget kalau omzet sudah nyampai Rp 30 juta aja saya sudah senang banget. Penjualan dulu itu sekitar 100 pieces/bulan. Sekarang minimal 1.000 pieces/bulan. Kalau omzet, yearly (setiap tahun) pasti ada kenaikan. Tahun kemarin itu omzetnya Rp 2 miliaran. Kalau awal itu sekitar Rp 100 sampai 200 juta," ungkapnya.
Berbekal passion dan hasil yang menjanjikan, pria asal Kuningan, Jawa Barat ini akhirnya memutuskan resign pada akhir tahun lalu dari tempat kerjanya yang telah delapan tahun dia tempati.
"Fokus memang kebagi-bagi antara kerja dan usaha. Memang harus benar-benar kerja ekstra di kantor dan usaha. Tapi ini nggak kebeli dengan uang. Jadi harus benar-benar ikutin passion. Apalagi bisa dapat duit dari apa yang disenangin," kata Ary membeberkan alasan dan tipsnya menjalani usaha ini dengan fokus.
Ary sendiri mengakui bahwa cara ini menjadi salah upaya mendukung keberlangsungan industri musik, baik di dalam maupun luar negeri. Sama seperti sepakbola, berbelanja kaos resmi merupakan salah satu cara mendukung perjalanan karier Sang Idola, selain membeli album dan tiket pertunjukannya. Agen Domino QQ Terpercaya
Penjualan merchandise juga merupakan jurus bertahan musisi masa kini di era digital yang banyak mengubah tren konsumsi kalangan penikmat musik 'jaman now'. Terlebih dengan pesatnya perkembangan sosial media yang mendahulukan prestise di atas segalanya, memakai kaos asli suatu produk adalah hal bergengsi-selain bukti loyalitas-seorang penggemar kepada idolanya.
Hal inilah yang dilakukan band-band seperti Seringai, Sore, Koil, The S.I.G.I.T, yang sukses "kaya" dari hasil konser dan jualan merchandise. Dari fenomena tersebut, Ary pun mulai menyisir porsi penjualan merchandise musisi luar negeri ke musisi dalam negeri.
Selain untuk mendukung musisi dalam negeri, cara ini juga sebagai upaya bertahan di tengah mengamuknya kurs dolar AS terhadap rupiah. Dengan porsi 80% produk yang dijual Rock Nation merupakan barang impor, maka memperbanyak konten lokal menjadi langkah untuk tetap menjaga kas perusahaan sehat.
"Pasar band lokal sebenarnya bagus. Tapi ada beberapa band yang belum terpikirkan mengelola merchandise dengan baik. Selain itu dengan tertekannya impor, kita juga usahakan dalam sekali pengiriman hemat. Misalnya belanjanya langsung banyak, jadi kuantitas yang banyak nggak terlalu berat di ongkos shipping-nya," kata Ary.