TEMPO.CO, Jakarta - Para petani cabai di wilayah selatan Kabupaten Banyuwangi meraup laba cukup besar karena panen saat harga sedang naik menjadi Rp 60 ribu per kilogram. Sukses yang mengantar mereka meraup laba ratusan juta rupiah ini berkat manajemen waktu tanam yang baik. Situs Judi Online
Karena itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Soedjono mengajak petani mengatur waktu tanam. “Manajemen pola tanam ini sedang kita terapkan di seluruh pertanaman yang ada di Indonesia,” katanya saat Konferensi Pers Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2018 di Jakarta, seperti dimuat tabloid sinartani.com.
Dengan manajemen pola tanam, tiap petani tidak diperbolehkan menanam serentak. Hal ini berbeda dengan padi yang harus tanam serentak. Jadi nanti ada waktu-waktunya petani menanam.
Misalnya, petani di daerah A menanam cabai pada Januari, lalu mereka panen Maret/April. Kemudian petani di daerah B mulai tanam Februari agar dapat panen April/Mei. Demikian seterusnya sehingga panen tidak berlangsung serentak, yang membuat harga jatuh.
“Dengan penerapan pola tanam, saya jamin tidak ada yang namanya fluktuasi harga karena tanam dan panennya sudah diatur sehingga pasokan ke masyarakat cukup, tidak berlebih, tidak juga kurang,” tutur Spudnik.
Pengaturan waktu inilah yang membuat petani cabai Banyuwangi meraih keuntungan besar.
Imam Badrus, Ketua Kelompok Tani Ketileng Makmur, Sumbergondo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, mengatakan, bersama Dinas Pertanian Banyuwangi, kelompoknya mencari celah saat menanam cabai. Panen bulan ini merupakan hasil tanam pada September hingga Oktober tahun lalu.
Biaya produksi satu hektare lahan cabai rata-rata Rp 90 juta. Dengan harga jual petani Rp 50 ribu per kilogram, satu hektare bisa menghasilkan Rp 450 juta. BANDAR POKER ONLINE