Tenang aja, semua merasakannya kok !
Begini deh, akui saja bahwa kita sebagai manusia memang suka mengeluh dan akhirnya membenci suatu keadaan. Gak pelu berbicara ke hal-hal penting yang serius, sekedar mengeluh soal koneksi internet yang amburadul atau acara TV kita ditunda karena berita sekilas yang isinya kadang gak penting itu aja sudah cukup buat kita mengelus dada.
Yang dibicarakan di sini adalah hal-hal biasa di kehidupan sehari-hari, seperti mebel IKEA dan rapat kerja kantor. Apa yang salah dengan ini? Sains menemukan bahwa hal-hal yang kita benci untuk menghadapinya dalam keseharian serta membuat kita mengeluh, ternyata beberapa di antaranya adallah hal-hal yang secara gak sadar kita menikmatinya. Misalnya seperti 5 hal di bawah ini!
1. Melakukan rapat (meeting) kerja
Kalau soal dunia profesional, apa hal yang kira-kira membuang waktu lebih lama dari rapat? Gak ada. Ya, rapat dinilai sebagai aktivitas yang biasanya dilakukan dalam durasi yang lama, selain itu juga berlangsung dengan membosankan. Berdasarkan penelitian University of North Carolina di Charlotte, umumnya kegiatan hanya berkisar di pura-pura mengangguk sambil melihat slide presentasi untuk menghargai yang presentasi, ataupun sesekali memeriksa gadget kita ketika kelelahan berkonsentrasi. Itulah kenapa secara sadar kita membenci kegiatan rapat.
Lalu, kenapa secara gak sadar sebenarnya kita menyukai rapat?
Kita secara gak sadar menyukai hal yang jarang kita lihat seperti slide yang menarik atau hiburan colongan seperti pertanyaan dari rekan kita saat rapat yang cukup "menghibur", banyak hal baru yang bisa ditemukan saat rapat. Berdasarkan survey yang diadakan oleh Profesor Steven Rogelberg, 69 persen pekerja melaporkan bahwa meeting terakhir mereka "menyenangkan". Padahal dalam keseharian orang-orang ini diketahui mengeluh soal rapat. Ternyata mengeluh soal rapat itu salah satu aktivitas untuk diterima secara sosial karena semua orang melakukannya. Bersosialisasi itu sesuatu yang menyenangkan. Banyak orang berpikir jika ia mengatakan bahwa ia menyukai rapat, ia akan dianggap "bunuh diri" secara sosial dan siap dianggap aneh. Jadi semua sebenarnya diam-diam menyukai rapat.
2. Mebel-mebel di IKEA ataupun mainan rakitan
Sebenarnya sebagai manusia umum, kita diketahui lebih menyukai informasi berbentuk gambar daripada tekstual. Lalu kenapa banyak orang yang mengeluh dengan instruksi perakitan mebel-mebel IKEA yang bergambar kartun, menarik dan cukup jelas? Ataupun mengeluh ketika melakukan hal yang serupa seperti merakit mainan model miniatur, gundam-kit, ataupun tamiya? Kita gak menyukainya karena bentuk "keribetan" itu dianggap gak disukai oleh mayoritas orang, jadi kita merasa harus ikut-ikutan mengeluh soal itu supaya gak terkesan sombong karena menyukai suatu yang gak simple. Akhirnya perasaan itu terbawa secara sadar menjadi kamu gak menyukai perakitan macam perabot IKEA ataupun mainan serupa.
Lalu, kenapa secara gak sadar kita sebenarnya menyukai mebel atau mainan rakitan?
Dengan perasaan gak suka, tapi kita tetap membelinya, adalah tanda bahwa sebenarnya kita memang suka. Kita menyukai perabot rakitan seperti IKEA ataupun mainan rakitan justru karena itu semua harus dirakit terlebih dahulu. Secara sains bahkan perasaan tersebut sudah dikategorikan sebagai efek IKEA. Penelitian yang dilakukan adalah ketika beberapa responden diminta untuk merakit sebuah mebel dan diminta untuk mematok harga terhadap mebel yang telah mereka rakit, mereka yang merakit memasang harga lebih tinggi daripada mereka yang hanya diperlihatkan barangnya. Bahkan mereka yang merakit diketahui mempunyai rasa memiliki terhadap barang tersebut lebih tinggi dan ada rasa bangga lebih tinggi untuk menunjukkan barang tersebut kepada orang lain. Barang rakitan membuat seseorang merasa lebih kompeten.
3. Melihat tayangan/siaran ulang di TV
Seringkali kita mengeluh soal tayangan ulang dari serial film atau kartun yang disiarkan terus-menerus di TV. Misalnya saja kartun minggu yang episodenya sudah sangat kita hapal detail-detailnya karena memang yang diputar itu-itu saja. Semua orang mengatakan hal yang sama, bahwa mereka gak suka dengan tayangan atau siaran ulang yang berkali-kali ini. Kita semua beranggapan bahwa kita butuh sesuatu yang baru dalam hidup agar kita selalu bisa berkembang.
Lalu, kenapa secara gak sadar kita sebenarnya menyukai tayangan atau siaran ulang?
Sebenarnya semua sudah terungkap dari sejak kita kecil ketika kita minta diceritakan/dibacakan dongeng sebelum tidur oleh orangtua kita. Kita sering meminta untuk dibacakan buku yang sama terus-menerus. Penelitian mengungkap bahwa hal yang menghilang dari tayangan ulang hanyalah faktor kejutannya, karena kita telah tau tiap jalan ceritanya. Selebihnya secara hiburan, tayangan ulang memiliki tingkat menghibur yang sama dengan tayangan baru. Tayangan ulang pun dinilai dapat berdampak berbeda pada waktu yang berbeda dan penelitian menyebutkan bahwa sebagai manusia kita lebih suka dengan hal yang "pasti" (pasti sudah kita ketahui) daripada sesatu yang baru tapi mengkhawatirkan dan ternyata mengecewakan. Dengan faktor "kita sudah tahu" itu pun kita memproses hiburan tersebut dengan energi lebih ringan daripada menonton tayangan baru.
4. Rasa bersalah/menyesal
Kita selalu merasa bersalah ketika selesai makan sesuatu yang sangat berisiko secara kesehatan; misalnya saja yang manis berlebih, kolesterol tinggi, berminyak, dan lain sebagainya. Rasa bersalah itu selalu membuat kita merasa gak nyaman dan mencoba mencari pelarian lain yang akhirnya tetap akan menimbulkan rasa bersalah yang baru. Walau kita telah mengetahui dampak-dampak buruk aktivitas kita atau apa yang kita konsumsi, kita tetap melakukannya. Rasa bersalah itu saja yang kita akui membuat kita gak nyaman, andai perasaan bersalah itu gak ada, semua akan menyenangkan sepenuhnya. Ternyata gak begitu.
Lalu, kenapa secara gak sadar kita sebenarnya tetap melakukan dan senang dengan rasa bersalah?
Ya, sebenarnya yang kita sukai bukan lah rasa atau nikmatnya aktivitas "berdosa" yang kita lakukan, penelitian menyebutkan bahwa yang kita nikmati sebenarnya adalah rasa bersalahnya. Rasa bersalah itu kita upload dan pamerkan di media sosial, agar secara sosial kita diterima dan gak dianggap sebagai orang yang rakus serta seenaknya sendiri. Penelitian dilakukan dengan menyuruh beberapa responden untuk mendengarkan nasihat mereka selama 10 menit, kemudian mereka akan diberikan sebuah coklat. Mereka yang merasa bersalah akibat mendengarkan nenek mereka hanya karena sebuah coklat dinilai lebih menikmati coklatnya daripada mereka yang gak merasa bersalah. Rasa bersalah itu diketahui menambah kenikmatan saat melakukan sesuatu yang "berdosa".
5. Melihat "orang jahat" juara atau menang
Hal yang secara sadar diajarkan tontonan pada umumnya ke kita adalah "orang jahat/penjahat" itu menyebalkan. Semua orang gak suka dengan pikiran dan tindakan si antagonis, otak kita diprogram untuk mendukung orang yang mengusung kebaikan dan melihat happy ending, karena seharusnya memang seperti itulah siklus hidup ini: bersakit-sakit dahulu, berenang-renang kemudian (untuk orang baik). Kita mengaku secara sadar bahwa kita gak suka melihat si antagonis menang atau meraih apa yang dia inginkan.
Lalu, kenapa secara gak sadar kita sebenarnya senang ketika melihat "orang jahat" juara atau menang?
Penelitian dilakukan dengan melibatkan beberapa responden yang diharuskan melihat sebuah pertandingan olahraga tunggal. Beberapa peserta olahraga tersebut diketahui memiliki riwayat hidup yang baik dan telah meraih berbagai juara berturut-turut. Sementara ada satu peserta olahraga yang dikenal punya riwayat buruk seperti catatan kriminal, vandalisme, pemabuk dan kecanduan narkoba. Di awal pertandingan, semua orang berteriak menyemangati juara bertahan olahraga tersebut, namun juara bertahan tersebut tergelincir di tengah jalan. Akhirnya peserta olahraga yang punya riwayat buruk itu menyusul juara bertahan tersebut dan semua orang berganti berteriak mendukung si "preman" itu. Bahkan intensitas sorak sorai ketika si "preman" menang jauh lebih heboh daripada ruangan lain, yang diputarkan tayangan berbeda dengan menunjukkan si "juara bertahan" yang menang. Kita diketahui mendukung perubahan kebaikan seseorang dan secara gak sadar memahami ada alasan kenapa seseorang bisa menjadi jahat.
Kalau kamu sendiri, yang mana yang kamu akui sangat kamu nikmati padahal sebenarnya banyak orang yang gak menyukainya? Apakah rapat, mainan rakitan, tayangan ulang, rasa bersalah atau melihat orang jahat menang? Semua poin di atas telah dibuktikan secara penelitian bahwa secara gak sadar kita menyukainya, hanya beberapa orang yang telah sadar bahwa mereka menyukainya. Apakah itu kamu ?
Sumber
Sumber