Bisnis inklusif, saatnya perusahaan tak sekadar mengeruk keuntungan
Merdeka.com - Sudah saatnya perusahaan di Indonesia menjalankan bisnis inklusif. Yaitu, bisnis yang tak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga peningkatan kesejahteraan masyarakat. Situs Judi Online
Principal Economist Asian Development Bank (ADB) Armin Baeur menjelaskan, bisnis inklusif merupakan terminologi baru dalam dunia usaha di Indonesia. Konsep ini diterapkan perusahaan komersil yang terlibat menyelesaikan persoalan masyarakat miskin.
"Konsep bisnis inklusif berbeda dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Jadi ini investasi dengan ada dampak sosial yang berkelanjutan pada orang miskin," ungkapnya dalam workshop 'membangun Ekosistem yang Kondusif untuk Bisnis Inklusif di Indonesia' di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (26/5).
Jika ingin menghasilkan perubahan positif, ungkapnya, bisnis inklusif tak bisa dijalankan dengan investasi skala kecil. Sebab bisnis inklusif bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah.
"Peningkatan minat dari pemerintah untuk partisipasi sektor swasta dalam meningkatkan pelayanan dan memperluas penciptaan lapangan pekerjaan yang layak bagi masyarakat miskin," jelasnya.
Armin memberi ilustrasi implementasi bisnis inklusif. Jika sebuah perusahaan kopi ingin investasi, lalu pemerintah membantu menyediakan lahan.
Maka, sebagai imbalannya, perusahaan tersebut harus mempekerjakan warga miskin di sekitarnya. Sehingga semua pihak diuntungkan. BANDAR POKER ONLINE
"Kami melakukan itu untuk lapangan pekerjaan. Karena biasaanya lapangan pekerkaan berasal dari sektor swasta bukan pemerintah. Dari investasi, jadi ada dampak sosial yang berkelanjutan pada orang miskin. Bisnis ini harus memiliki nilai untuk orang lain."