Rezeki datang dari mana saja
Pikir-pikir daripada kumelamar kerja, lebih baik kumelamar kamu!
Mungkin sebagian dari kamu pernah mendengar lirik lagu ini, kerap didendangkan oleh para pengamen di jalan. Awalnya terdengar lucu, namun jika dilihat dari sisi lain bisa terkesan miris. Memang dewasa ini mendapatkan pekerjaan bukanlah hal yang mudah.
Setiap tahunnya angkatan kerja terus meningkat, namun pertumbuhan lapangan kerja tidak berbanding lurus dengan hal tersebut. Akan tetapi hal itu tidak sebaiknya menjadi hambatan bagi kita, generasi muda, untuk terus berusaha dan mencari penghidupan layak. Misalnya seperti kisah pemuda yang satu ini.
Tanpa memedulikan gengsi, pemuda ini berjualan kerupuk setiap hari.
Sebuah pengguna facebook dengan nama Arita Mustofa Zain menceritakan pengalamannya pada Senin, 13 Februari 2017 lalu. Siang itu, Arita bertemu dengan seorang anak muda di sebuah warung soto dalam kantin MTs Negeri Sidoarjo, Jawa Timur.
Ada yang berbeda dari penampilan pemuda ini. Ketika orang-orang seumuranya lebih senang tampil perlente di kafe-kafe, pria ini tampak sederhana dan sedang menaiki motor yang dilengkapi wadah kerupuk. Spontan Arita bertanya "Apa tidak kesusahan mengangkut bawaan sebesar itu?" dan sang pemuda pun menjawab santai bahwa dia sudah terbiasa. Sudah sejak setahun lalu ia berjualan kerupuk.
Dengan modal seadanya dan tekad kuat, pemuda ini beralih profesi. Kali ini ia hanya bekerja enam jam per hari.
Dari situ percakapan keduanya berlangsung. Perlahan-lahan terungkaplah tentang sosok pemuda penjual kerupuk tersebut. Pria ini baru 22 tahun umurnya, sebelum menjadi penjual kerupuk dia adalah penjaga tempat parkir. Penghasilannya waktu itu hanya 1,3 juta sebulan, belum lagi dipotong jika ada uang setoran yang tidak sesuai hitungan atau hilang. Dengan semangat ingin memperbaiki hidup, sang pemuda melirik bisnis kerupuk.
Pemuda itu membeli kerupuk mentah secara kiloan, lalu dibawanya ke daerah Candi, Sidoarjo untuk digoreng oleh pihak ketiga. Jasa menggoreng kerupuk per kilogramnya dihargai Rp7500. Setiap harinya pemuda itu dapat menjual habis sekitar 20 kg kerupuk. Pukul 6 sampai 9 dia berjualan di Pasar Kemiri, lalu pukul 9 sampai 12 dia berkeliling menyetorkan dagangannya ke berbagai rumah makan dan warung kopi.
Jangan mencibir dulu, biar hanya kerupuk namun ia mampu mengeruk keuntungan 9,6 juta per bulan.
"Kerupuknya kamu jual dengan harga berapa per bijinya, Dik?" tanya Arita. "200 rupiah Mbak kalau (harga) dariku. Kalau di warung atau warkop ada yang menjualnya jadi 1000 dapat 3, ada yang 500 rupiah per bijinya. Tergantung tempatnya" jelas pemuda itu. Tanpa curiga atau menutup-nutupi, pemuda ramah itu bercerita santai kepada Mbak Arita mengenai model bisnisnya.
Dengan perhitungan demikian pemuda itu bisa mendapatkan bersih sekitar 320 ribu rupiah per hari. Kalikan dengan 30 hari dalam sebulan maka dia bisa mendulang 9,6 juta rupiah setiap bulannya, bahkan bisa lebih sedikit.
Berani keluar dari zona nyaman membuat pemuda ini berhasil mencapai impian, melunasi motor dan menyicil tanah. Usaha keras yang penting halal.
"Kamu gak malu? Masih muda, jualan kerupuk."
"Tidak, Mbak. Yang penting hasil dari pekerjaan halal." jawab pemuda itu optimis. Tersentuh dengan pengalamannya, Arita membagikan cerita itu di sosial media dan hingga saat ini sudah dibagikan sebanyak 13 ribu kali. Arita berharap banyak muda-mudi lain yang juga mau bergerak, berdikari untuk memulai usaha memakmurkan diri sendiri meskipun harus dimulai dari nol.
Tidak gengsi, mau berpeluh untuk mencari pencaharian, membuat anak muda ini berhasil mencapai impiannya membeli motor dan menyicil tanah dengan uang sendiri. Ketika muda-mudi seumurannya masih sering malu terlihat bekerja dengan mengotori tangan, memilih diam terpuruk dalam kegagalan, dan berharap dijemput kesempatan; pemuda ini keluar dari pakem zona nyaman dan mencari jalannya sendiri. Asal ada usaha siapa pun pasti bisa memenuhi kebutuhan dan mencapai impiannya. Domino99