Siapa sangka si penjual es lilin bisa menjadi pengusaha dan mengajak ayahnya menonton piala dunia
Memang tidak ada yang tahu bagaimana jalan nasib seseorang. Yang namanya takdir atau nasib memang sih konon sudah dituliskan oleh Tuhan, namun barang siapa mau berusaha tidak menutup kemungkinan kesuksesan akan mengikuti. Mungkin kalian sudah sering mendengar kisah mengenai para pengusaha sukses yang ternyata mempunyai masa lalu cukup sulit. Dan orang yang seperti itu tidak hanya ada satu di Indonesia melainkan sudah banyak contohnya, termasuk salah satunya sosok Rahmat Latief Bialangi.
Nama Rahmat mungkin masih terdengar asing di telinga beberapa dari kalian. Namun bila kalian membahasnya dalam sebuah forum pengusaha properti, pria asal Gorontalo ini sudah sangat dikenal. Dan siapa sangka sang pengusaha properti muda ini dulunya melalui jalan hidup yang cukup sulit, bahkan mungkin lebih miris daripada versimu.
Berjualan kue dan es sejak kecil
Tidak ada kesuksesan yang bisa kita peroleh secara instan, kecuali bila kalian lahir di keluarga kaya tujuh turunan. Semua sukses tentu harus melewati perjalanan serta perjuangan cukup panjang. Rahmat Latief Bialangi, yang sekarang dikenal sebagai pengusaha saja sejak kecil sudah terbiasa keliling kampung untuk menjajakan es lilin dan juga kue. Bisa dilihat bahwa Rahmat kecil memang sudah bersahabat baik dengan yang namanya kerja keras. Tanpa malu atau ragu dia ikut membantu orang tua dengan cara berjualan.
Kehidupan kuliah yang penuh keterbatasan
Lampu hijau dari sang ayah tentu tidak serta merta membuat sosok Rahmat lupa diri dan hidup bersenang-senang di kota besar. Si sulung dari empat bersaudara ini bercerita bahwa saat menjadi mahasiswa, dia hanya memiliki empat kemeja yang dikenakan bergantian untuk ke kampus. Rahmat juga tidak dibekali kendaraan untuk kuliah, dia harus berjalan kaki kurang lebih satu kilometer menuju kampus dari rumah kosnya. Jauh berbeda dengan kebanyakan anak sekarang yang malah berlomba-lomba menjadi populer di kampusnya.
Mencoba peruntungan membuka jasa biro perjalanan
Menyenangkan memang ketika bisa membagi waktu untuk kuliah sambil bekerja. Namun lagi-lagi Rahmat teringat pesan orang tua untuk mendahulukan urusan kuliah di atas yang lain. Luar biasanya Rahmat, dia bisa lulus dalam waktu 3 tahun 4 bulan dan memperoleh gelar sarjana dari jurusan sastra inggris. Setelah itu Rahmat juga memutuskan untuk berhenti menjadi wartawan. Tak lama kemudian, Rahmat bekerja sebagai karyawan bank di daerah Kabupaten Pinrang. Tapi karena merasa jenuh akhirnya dia nekad keluar dari pekerjaan meski belum mendapatkan penggantinya.
Rahmat sekarang bisa menjadi pengusaha properti termuda
Bisa dibilang bahwa usaha biro perjalanan Rahmat mendulang untung cukup besar. Tidak hanya digunakan untuk pergi umrah sendiri, Rahmat juga berhasil membahagiakan orang tua dan keluarganya. Mulai dari memberangkatkan haji sang ibu, mengajak ayah menonton piala dunia. Menghadiahkan adik bulan madu ke Singapura dan Kuala Lumpur, membeli mobil, dan juga tanah. Tak hanya itu Rahmat kemudian menggunakan uang tersebut untuk melangkah ke bisnis developer atau bidang pengembang perumahan di wilayah Gorontalo.
Memang nasib seseorang itu merupakan sebuah kejutan. Siapa sangka si penjual es lilin yang biasa keliling kampung sekarang menjadi seorang pengusaha muda di Sulawesi. Rahmat yang dulunya untuk sahur saja hanya mengandalkan air putih, ternyata pada prosesnya berhasil memberangkatkan ibu ke Tanah Suci dan membawa ayah merasakan gempita piala dunia. Tentu sukses tersebut tidak akan diperoleh jika dia hanya berdiam diri dan takut menjajal hal baru. Kalau saat ini kalian merasa masih belum berhasil menjadi ‘seseorang’, yakinlah suatu hari nanti semua usaha yang telah dilakukan akan berbuah manis.Domino QQ