Sabtu, 17 Maret 2018

Begini Cara Perusahaan Jamu Bertahan di Tengah Persaingan


TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Dwi Ranny Pertiwi mengatakan saat ini minat konsumen terhadap konsumsi jamu masih tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya industri farmasi yang turut memproduksi jamu. Situs Judi Online

“Kalau jamu itu, prospeknya selalu ada pasarnya. Kalau tidak ada, kenapa industri farmasi harus produksi jamu? Artinya, peminat jamu memang banyak dan akan selalu ada. Yang penting, walaupun kondisi perekonomian lesu, orang tetap harus sehat. Pilihannya untuk meminimalkan dia sakit. Artinya, dia harus menjaga kesehatannya. Salah satunya dengan meminum jamu,” kata Dwi saat dihubungi Tempo.

Menurut Dwi, berbagai inovasi dilakukan pengusaha jamu untuk tetap mempertahankan produksinya hingga sekarang. Salah satunya beralih ke produksi modern. Tadinya, jamu diproduksi dalam bentuk serbuk. Seiring dengan berkembangnya teknologi, perusahaan jamu mengolah bahan yang ada dengan mengekstraknya, meski hal ini menambah biaya produksi mereka.

“Sekarang semuanya harus ekstrak, dan untuk proses ekstrak itu kan lumayan cost-nya bertambah ya. Karena dari yang tadinya bahan baku 10 kilogram, kalau untuk serbuk, katakanlah menjadi 5 kilogram. Kalau ekstrak kan jadi cuma 1 kilogram. Tapi ya itu berjalan, menjadi cara untuk memudahkan konsumennya,” tutur Dwi.

Selain itu, kini pemasaran jamu mulai merambah bisnis online. Menurut Dwi, saat ini konsumen, baik peminum ataupun penjual jamu, di pelosok daerah mulai berlatih menggunakan perangkat seluler canggih untuk proses order. Hal ini juga berlaku bagi perusahaan jamu di sana yang akan mendaftarkan produk barunya, yang harus didaftarkan secara online. “Makanya anaknya-lah yang bantu. Sekarang aja untuk produk baru harus didaftarkan secara online. Harus dipaksa bisa,” ucap Dwi.

Menurut Dwi, bisnis pemasaran jamu secara online dapat menjadi peluang untuk dikembangkan di masa depan, mengingat perkembangannya yang cukup bagus. Meski demikian, penjualannya masih kalah bila dibandingkan dengan yang konvensional. Selain itu, pemasaran melalui online cukup memudahkan konsumen penjual jamu di perdesaan, karena sebelumnya mereka harus pergi kota untuk membeli produk jamu secara grosir.

“Jadi saya pantau beberapa toko, apotek, dan di pelosok, mereka bisa beli online. Dari mana saja, e-commerce, atau distributor yang menjual secara online. Tapi, untuk saat ini, tetap masih banyak yang menjual secara konvensional, ya,” katanya. BANDAR POKER ONLINE


BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya