Selasa, 05 Juni 2018

Nilai Tukar Rupiah Dikhawatikan Turun Saat Suku Bunga Fed Naik

 BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

JAKARTA - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan ada beberapa faktor yang berpotensi  membuat nilai tukar rupiah melemah. "Naiknya Fed Rate dikhawatirkan meningkatkan capital outflow dana asing dari negara berkembang termasuk Indonesia," kata Bhima saat dihubungi, Ahad, 3 Juni 2018.Agen Domino 99 Terpercaya

Bhima melihat data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan sinyal yang positif, yakni tingkat pengangguran turun menjadi 3,8 persen. Hal tersebut merupakan yang terendah sejak 18 tahun lalu.

tenaga kerja tersebut didukung oleh kenaikan pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 1,8 persen yang menjadi tertinggi sejak Januari 2016.

"Sinyal positif ini membuat Fed Rate kemungkinan menaikkan lagi bunga acuannya di rapat FOMC (Federal Open Market Committee) pertengahan Juni," kata Bhima.

Bhima memperkirakan rupiah akan menguat pekan depan atau pada 4 hingga 8 Juni 2018. Menurut Bhima, rupiah di pekan depan diprediksi bergerak pada rentang 13.800-13.900.

Dalam situs resmi Bank Indonesia tercatat nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS berada di angka Rp 13.951 pada Kamis, 31 Mei 2018.

Hal lain yang dapat menjadi faktor melemahnya rupiah, menurut Bhima, adalah kondisi ketidakpastian perundingan antara AS dan Cina. Hal tersebut memperburuk ancaman perang dagang.

Selain itu, menurut Bhima, Eropa Tengah melakukan gugatan di WTO atas bea masuk produk aluminium dan baja yang dikenakan AS. Bhima mengatakan negara-negara anggota Uni Eropa (European Union) juga mengancam menaikkan tarif impor beberapa produk AS seperti bourbon dan motor Harley Davidson. Bhima menilai perang dagang juga berimbas pada aksi Meksiko dan Kanada yang meningkatkan bea masuk jeruk AS hingga daging babi.Domino99

"Sentimen negatif ini beresiko menurunkan kinerja ekspor Indonesia. Pada kuartal I 2018, korban perang dagang terlihat di kinerja ekspor CPO yang anjlok 17 persen (year on year). Turunnya ekspor beresiko menurunkan permintaan rupiah di pasar valas sekaligus memperbesar defisit perdagangan serta defisit transaksi berjalan," ujar Bhima.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta juga mengatakan Indonesia harus mewaspadai adanya tekanan eksternal, seperti perang dagang. Menurut Nafan, jika tidak mengantisipasi hal tersebut, nilai tukar rupiah akan melemah.


BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya